Selasa, 30 Desember 2014

tahun baru

10 Kerusakan dalam Merayakan Tahun Baru


     Manusia di berbagai negeri sangat antusias menyambut perhelatan yang hanya setahun sekali ini. Hingga walaupun sampai lembur pun, mereka dengan rela dan sabar menunggu pergantian tahun. Namun bagaimanakah pandangan Islam -agama yang hanif- mengenai perayaan tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya diperbolehkan? Simak dalam bahasan singkat berikut.

Sejarah Tahun Baru Masehi
     Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1]

     Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.
Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa kerusakan yang terjadi seputar perayaan tahun baru masehi.

Kerusakan Pertama: Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram
     Perlu diketahui bahwa perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”.”[2]
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah menjelaskan bahwa perayaan tahun baru itu termasuk merayakan ‘ied (hari raya) yang tidak disyariatkan karena hari raya kaum muslimin hanya ada dua yaitu Idul Fithri dan Idul Adha. Menentukan suatu hari menjadi perayaan (‘ied) adalah bagian dari syari’at (sehingga butuh dalil).[3]

Kerusakan Kedua: Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
     Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kitashallallahu 'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”[4]
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[5][6]

Kerusakan Ketiga: Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru
     Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.
Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.

     Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.” Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata,  “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.”[7]
Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.

Kerusakan Keempat: Mengucapkan Selamat Tahun Baru yang Jelas Bukan Ajaran Islam
     Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ” Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”[8]

Kerusakan Kelima: Meninggalkan Shalat Lima Waktu
     Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.[9] Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

Kerusakan Keenam: Begadang Tanpa Ada Hajat
     Begadang tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”[11]
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”[12] Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?!

Kerusakan Ketujuh: Terjerumus dalam Zina
     Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan  jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.

Kerusakan Kedelapan: Mengganggu Kaum Muslimin
     Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”[13]
Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.”[14] Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!

Kerusakan Kesembilan: Melakukan Pemborosan yang Meniru Perbuatan Setan
     Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.1000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 1000, bagaimana jika lebih dari itu?!  Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya),  “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27). 

Kerusakan Kesepuluh: Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga
     Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”[15] Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”[16]

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”[17]Wallahu walliyut taufiq

Kamis, 25 Desember 2014

Peradaban Kerajaan Mataram Islam

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN MATARAM ISLAM
Dipresentasikan pada mata kuliah
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM & BUDAYA LOKAL
Yang diampu oleh Prof.Drs.H. Mundzirin Yusuf, M.SI

images.jpg


Disusun oleh :
1.Muhamad Yufaldo (14610032)
2.Fitria Kurnia Daulia (14610034)
3.Risma Eva Rizki Imansari (14610036)
4.Sri Wahyuningsih (14610037)




PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014/2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil'alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat perjuangan beliau kita mendapat pencerahan iman dan islam. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai '' Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam'' dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam dan Budaya Lokal. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok dan dengan menggunakan referensi dari buku-buku yang bersangkutan.
Sebagai penulis, kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran nya. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Yogyakarta, 03 Desember 2014


Penulis









DAFTAR ISI

Kata Pengantar           ...........................................................................i
Daftar Isi         .......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang         ...............................................................1
B. Rumusan Masalah     ...............................................................1
C. Manfaat dan Tujuan ...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam         .............................1
2.2 Raja-Raja yang pernah berkuasa   .........................................6
2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam ............................6
2.4 Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Islam       ................7
2.5 Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam   ................8

BAB III PENUTUP
Kesimpulan     ............................................................................9
Daftar Pustaka ...........................................................................10








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa. Perintis berdirinya Kerajaan Mataram adalah Kyai Gede Mataram yang memiliki nama asli Kyai Ageng Pamanahan adalah pengikut setia Joko Tingkir ketika mendirikan Kerajaan Pajang.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam ?
2.      Siapakah raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam ?
3.      Bagaimana tentang masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam ?
4.      Bagaimana tentang masa kemunduran Kerajaan Mataram Islam ?
5.      Apa saja bukti peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam ?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sejarah berdirinya kerajaan mataram islam
2.      Mengetahui raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam
3.      Mengetahui tentang masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam
4.      Mengetahui tentang masa kemunduran Kerajaan Mataram Islam
5.      Mengetahui bukti peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Mataram pada mulanya hanyalah merupakan hutan yang penuh tumbuhan tropis diatas puing-puing tua Mataram Hindu, 5 abad sebelum berdirinya kerajaan Mataram Islam.
Wilayah ini diakhir abad ke-16 (pada masa pemerintahan Sultan Panjang-Jaka Tingkir) telah dibedah kembali oleh seorang Panglima Panjang '' Ki Gede Ngenis'' yang kemudian populer dengan Ki Pemanahan dengan suatu misinya untuk memasukkan wilayah tersebut kedalam pengaruh islam dibawah panji kerajaan Panjang. Wilayah Mataram dianugerahkan Sultan Panjang kepada Ki Gede Ngenis beserta putranya, yang kelak menjadi Panembahan Senopati, atas jasa mereka dalam ikut serta melumpuhkan Aria Penangsang di Jipan Panolan.
Ki Pamenahan, dianggap sebagai penguasa Mataram yang patuh dan taat kepada Sultan Panjang. Ia naik tahta di istananya yang baru di Kotagede pada tahun 1577 M sampai tutup usianya pada tahun 1584 M. Setelah wafat ia diganti oleh putranya, Ngabehi Loring Pasar, yang kemudian diberi gelar oleh Sultan Panjang sebagai Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagamatau Mashur dengan panembahan Sinopati.
Berbeda dengan ayahnya, yang menempuh jalan patuh sebagai kerajaan bawahan Pajang, ia dengan sengaja mengabaikan kewajibannya sebagai raja bawahan dan tidak seba atau sowan tahunan terhadap raja Pajang. Konsekuensinya akhirnya raja Pajang memutuskan untuk menyelesaikan pembangkangan Mataram dengan jalan kekerasan dan kekuatan senjata. Ekspedisi penyerbuan di bawah komando Sultan Pajang sendiri itu mengalami kegagalan karena bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi yang mengakibatkan bercerai berainya prajurit Pajang. Beberapa saat kemudian, sekembalinya dari ekspedisi yang gagal itu, Sultan Pajang meninggal dunia. Momentum ini dimanfaatkan oleh Panembahan Senopati untuk memproklamasikan dirinya sebagai penguasa di seluruh Jawa.
Senopati Mataram merupakan figur penguasa yang agresif. Semenjak ia menobatkan dirinya menjadi penguasa banyak sekali kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Timur menjadi ajang taklukannya. Tercatat pada masa berkuasanya (1584-1601 M), Pajang dan Demak dapat di taklukan pada tahun 1588 (konon semenjak peristiwa ini ia mendapat gelar Panembahan) menyusul kemudian Madiun pada tahun 1598 dan 1599 tetapi masih dapat bertahan hingga diduduki pada tahun 1619 oleh Sultan Agung.
Panembahan Senopati Mangkat pada tahun 1601 di gantikan putranya yang bernama Mas Jolang atau Ki Gede Mataram yang kemudian masyhur denagn julukan Panembahan Sede Ing Krapyak, memerintah tahun 1601-1613.
Dalam menjalankan roda pemerintahan Sultah yang baru naik tahta ini tidak memiliki watak agresif sebagaimana bapaknya, ia lebih cenderung mengadakan penbangunan dibandingkan ekspansi. Banyak sekali di jumpai bangunan-bangunan yang sebelumnya tidak ada, seperti : Prabayiksa atau tempat kediaman Raja dibangun pada tahun 1603, Taman Danalaya pada tahun 1605, membuat Lumbung di Grading  pada tahun 1610, maka ia terkenal sebagai Raja yang ahli membangun. Kecenderungan yang ia sukai ialah berburu, dalam hal ini ia mempunyai daerah khusus untuk perburuan yang dinamakan dengan Krapyak.
Sikapnya itu ternyata kurang disukai oleh sebagian rakyat, terbukti pada masanya telah terjadi pemberontakan-pemberonakan : Pangeran Puger di Demak pada tahun 1602-1605 dan Pangeran Jayaraga di Ponorogo pada tahun 1608. Motif pemberontak yang dilancarkan kedua kakaknya memoliki kemiripan, yakni rasa tidak puas atas di angkatnya Mas Jolang berikut kebijaksanaan-kebijaksaannya. Kedua pemberontakan tersebut akhinya bisa di padamkan.
Di sisi lain Surabaya, yang bvelum sempat di taklukan oleh Panembahan Senopati, sedang menyusun kekuatan dan menguasuai sebagian kerajaan  di wilayah Jawa Timur sehingga ia merupakan rival bagi kerajaan mataram dalam upaya mempersatukan seluruh Jawa di bawah imperiumnya. Sementara mataram sibuk menghadapi konflik dalam megeri dan tidak sempat menganeksasi daerah-daerah sekitar sebagaimana yang dilakukan orang tuanya. Peristiwa yang sebelumnya tidak pernah terjadi yaitu ia telah menjalani kerja sama  dengan kompeni Belanda di akhir masa berkuasanya pada tahun 1613. Setahun kemudian, tepagtnya pada tanggal 1 oktober 1613, Sultan yang gemar berburu itu meninggal dunia ketika berburu di Krapyak.
                                                                               
2.2 Raja-Raja yang pernah berkuasa
1.      Panembahan Senopati / Sutowijaya (1582-1601 M)
2.      Panembahan Krapyak / Mas Jolang (1601-1613 M)
3.      Sultan Agung / Raden Mas Rangsang (1613-1645)
4.      Amangkurat I / Sunan Tegalwangi (1645-1677 M)
5.      Amangkurat II / Adipati Anom / Sunan Amral (1677-1703 M)
6.      Amangkuart III / Sunan Mas (1703-1708 M)
7.      Paku Buwono I / Sunan Puger (1708-1719 M)
8.      Amangkurat IV / Sunan Prabu Mangkunegara (1719-1727 M)
9.      Paku Buwono II (1727-1749 M)



2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam
Mataram islam mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan raja ke tiga yaitu Sultan Agung. Raja Sultan Agung memerintah dari tahun 1613 sampai dengan tahun 1645. Berbeda sekali dengan ayahnya, ia termasuk figur pemimpin yang keras dan tegas tetapi bijaksana. Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itu menyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.
Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada waktu itu wilayah kekuasaanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian dari Jawa Barat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah besar. Urutan pembagian wilayah dari pusat ke daerah adalah sebagai berikut: istana atau keraton raja merupakan pusat negara dan terletak di ibu kota negara, yang bisa disebut dengan wilayah kutanegara. Selanjutnya wilayah yang mengitari kutanegara disebut wilayah Negara Agung. Menurut Serat Pustaka Raja Puwara wilayah Negara Agung ini semula dibagi menjadi empat bagian yang meliputi daerah daerah-daerah Kedu, Siti Ageng atau Bumi Gede, Begelen, dan Pajang.

a. Bidang Politik
  Penyatuan kerajaan islam.
  Anti penjajah Belanda.
b. Bidang Ekonomi
  Sebagai negara agraris.
  Penyatuan kerajaan-kerajaan islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan ekonomi.
c. Bidang sosial Budaya
  Timbulnya kebudayaan kejawen.
  Perhitungan Tarikh Jawa.
  Berkembangnya Kesusastraan Jawa.
2.4 Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Islam
Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M. Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
Ø  Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Ø  Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.

Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegara (Perjanjian Salatiga tahun 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai. Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. Ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya, Mataram diperintah oleh putranya, Sunan Tegalwangi, dengan gelar Amangkurat I (1646 – 1677). 

Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu itu terletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal. Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. 

Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni Mataram Surakarta dan Mataram Yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan Pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.

2.5 Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam
1.      Sastra Ghending karya Sultan Agung
2.      Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
3.      Kerajinan Perlak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
4.      Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5.      Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara.
6.      Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta.
7.      Baju keramat Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma.
8.      Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
9.      Masjid Jami Pekuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
10.  Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
11.  Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
12.  Rumah Kalang
13.  Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Mataram Islam bukan satu-satunya kerajaan islam di Indonesia. Kerajaan Mataram Islam merupakan induk dari Kesultanan Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dari yang kita ketahui, sebelum Kerajaan Mataram Islam mengalami kemunduran, Kerajaan Mataram Islam mengalami kemajuan pada masa Sultan Agung. Setelah Sultan Agung wafat, kepemimpinan di gantikan oleh Amangkurat I, kemudian kerajaan mulai mengalami kemunduran.
Kerajaan Mataram Islam banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah seperti yang bisa kita lihat di berbagai tempat di Yogyakarta ini.









Daftar Pustaka
Harun, M. Yahya. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI Dan XVII. Yogyakarta.Kurnia Kalam Sejahtera.
Daryanto. 2013. Sultan Agung: Tonggak Kokoh Bumi Mataram. Yogyakarta. Dipta.
De Graaf, H.J. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram. Jakarta. Pustaka Grafitipers.
Moejanto,G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta. Kanisius(Anggota IKAPI)
Ibrahim, Teuku. 1998. Islam Dan Khasanah Budaya Keraton Yogyakarta.Yayasan Kebudayaan Indonesia.


Selasa, 23 Desember 2014

Tips Sehat


Selamat malam...
ayo berbagi tips :)
kali ini ada tips bagus nih ala Rasulullah

TIPS SEHAT ALA RASULULLAH : 

1. Mandi pagi sebelum subuh, sekurang-kurang nya se jam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk.

2. Rasulullah mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit). Makan dengan tangan dan menjilati jemari, bermanfaat buat pencernaan.

3. Waktu sholat Subuh disunnahkan bertafakur (yaitu sujud sekurang-kurangnya semenit setelah membaca doa).Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbuksi oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir keruang tersebut.

4. Nabi juga mengajarkan makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari. Ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari-jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur (enzyme sejenis alat pencerna makanan).

5. Ketika minum pun jangan dilangsungkan. Misalnya 1 gelas sekaligus. Rasulullah saw. biasa ketika minum itu 2-3 tegukan lalu berhenti untuk bernapas. Kemudian minum lagi 2-3 tegukan lalu berhenti. Ini adalah cara minum yang benar. Karena jika kita minum satu gelas sekaligus, kita pasti akan minum sambil bernapas lewat hidung. Dan ketika kita bernapas, udara yang kita hirup dan kita keluarkan akan bercampur dengan air yang akan kita minum. Campuran air dan udara yang kita keluarkan itu akan menjadi racun. Dan air yang sudah menjadi racun
itu kita minum.

Subhanallah...
Yang berkomentar Aamiin semoga bisa bertemu dengan Nabi Muhammad Saw baik di mimpi, atapun di surga firdaus tanpa hisab berkumpul bersama beliau dan para sholeh sholeha.
Aamiin Ya Robb :)