Kamis, 25 Desember 2014

Peradaban Kerajaan Mataram Islam

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN MATARAM ISLAM
Dipresentasikan pada mata kuliah
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM & BUDAYA LOKAL
Yang diampu oleh Prof.Drs.H. Mundzirin Yusuf, M.SI

images.jpg


Disusun oleh :
1.Muhamad Yufaldo (14610032)
2.Fitria Kurnia Daulia (14610034)
3.Risma Eva Rizki Imansari (14610036)
4.Sri Wahyuningsih (14610037)




PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014/2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil'alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat perjuangan beliau kita mendapat pencerahan iman dan islam. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai '' Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam'' dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam dan Budaya Lokal. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok dan dengan menggunakan referensi dari buku-buku yang bersangkutan.
Sebagai penulis, kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran nya. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Yogyakarta, 03 Desember 2014


Penulis









DAFTAR ISI

Kata Pengantar           ...........................................................................i
Daftar Isi         .......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang         ...............................................................1
B. Rumusan Masalah     ...............................................................1
C. Manfaat dan Tujuan ...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam         .............................1
2.2 Raja-Raja yang pernah berkuasa   .........................................6
2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam ............................6
2.4 Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Islam       ................7
2.5 Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam   ................8

BAB III PENUTUP
Kesimpulan     ............................................................................9
Daftar Pustaka ...........................................................................10








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa. Perintis berdirinya Kerajaan Mataram adalah Kyai Gede Mataram yang memiliki nama asli Kyai Ageng Pamanahan adalah pengikut setia Joko Tingkir ketika mendirikan Kerajaan Pajang.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam ?
2.      Siapakah raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam ?
3.      Bagaimana tentang masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam ?
4.      Bagaimana tentang masa kemunduran Kerajaan Mataram Islam ?
5.      Apa saja bukti peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam ?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sejarah berdirinya kerajaan mataram islam
2.      Mengetahui raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam
3.      Mengetahui tentang masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam
4.      Mengetahui tentang masa kemunduran Kerajaan Mataram Islam
5.      Mengetahui bukti peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Mataram pada mulanya hanyalah merupakan hutan yang penuh tumbuhan tropis diatas puing-puing tua Mataram Hindu, 5 abad sebelum berdirinya kerajaan Mataram Islam.
Wilayah ini diakhir abad ke-16 (pada masa pemerintahan Sultan Panjang-Jaka Tingkir) telah dibedah kembali oleh seorang Panglima Panjang '' Ki Gede Ngenis'' yang kemudian populer dengan Ki Pemanahan dengan suatu misinya untuk memasukkan wilayah tersebut kedalam pengaruh islam dibawah panji kerajaan Panjang. Wilayah Mataram dianugerahkan Sultan Panjang kepada Ki Gede Ngenis beserta putranya, yang kelak menjadi Panembahan Senopati, atas jasa mereka dalam ikut serta melumpuhkan Aria Penangsang di Jipan Panolan.
Ki Pamenahan, dianggap sebagai penguasa Mataram yang patuh dan taat kepada Sultan Panjang. Ia naik tahta di istananya yang baru di Kotagede pada tahun 1577 M sampai tutup usianya pada tahun 1584 M. Setelah wafat ia diganti oleh putranya, Ngabehi Loring Pasar, yang kemudian diberi gelar oleh Sultan Panjang sebagai Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagamatau Mashur dengan panembahan Sinopati.
Berbeda dengan ayahnya, yang menempuh jalan patuh sebagai kerajaan bawahan Pajang, ia dengan sengaja mengabaikan kewajibannya sebagai raja bawahan dan tidak seba atau sowan tahunan terhadap raja Pajang. Konsekuensinya akhirnya raja Pajang memutuskan untuk menyelesaikan pembangkangan Mataram dengan jalan kekerasan dan kekuatan senjata. Ekspedisi penyerbuan di bawah komando Sultan Pajang sendiri itu mengalami kegagalan karena bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi yang mengakibatkan bercerai berainya prajurit Pajang. Beberapa saat kemudian, sekembalinya dari ekspedisi yang gagal itu, Sultan Pajang meninggal dunia. Momentum ini dimanfaatkan oleh Panembahan Senopati untuk memproklamasikan dirinya sebagai penguasa di seluruh Jawa.
Senopati Mataram merupakan figur penguasa yang agresif. Semenjak ia menobatkan dirinya menjadi penguasa banyak sekali kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Timur menjadi ajang taklukannya. Tercatat pada masa berkuasanya (1584-1601 M), Pajang dan Demak dapat di taklukan pada tahun 1588 (konon semenjak peristiwa ini ia mendapat gelar Panembahan) menyusul kemudian Madiun pada tahun 1598 dan 1599 tetapi masih dapat bertahan hingga diduduki pada tahun 1619 oleh Sultan Agung.
Panembahan Senopati Mangkat pada tahun 1601 di gantikan putranya yang bernama Mas Jolang atau Ki Gede Mataram yang kemudian masyhur denagn julukan Panembahan Sede Ing Krapyak, memerintah tahun 1601-1613.
Dalam menjalankan roda pemerintahan Sultah yang baru naik tahta ini tidak memiliki watak agresif sebagaimana bapaknya, ia lebih cenderung mengadakan penbangunan dibandingkan ekspansi. Banyak sekali di jumpai bangunan-bangunan yang sebelumnya tidak ada, seperti : Prabayiksa atau tempat kediaman Raja dibangun pada tahun 1603, Taman Danalaya pada tahun 1605, membuat Lumbung di Grading  pada tahun 1610, maka ia terkenal sebagai Raja yang ahli membangun. Kecenderungan yang ia sukai ialah berburu, dalam hal ini ia mempunyai daerah khusus untuk perburuan yang dinamakan dengan Krapyak.
Sikapnya itu ternyata kurang disukai oleh sebagian rakyat, terbukti pada masanya telah terjadi pemberontakan-pemberonakan : Pangeran Puger di Demak pada tahun 1602-1605 dan Pangeran Jayaraga di Ponorogo pada tahun 1608. Motif pemberontak yang dilancarkan kedua kakaknya memoliki kemiripan, yakni rasa tidak puas atas di angkatnya Mas Jolang berikut kebijaksanaan-kebijaksaannya. Kedua pemberontakan tersebut akhinya bisa di padamkan.
Di sisi lain Surabaya, yang bvelum sempat di taklukan oleh Panembahan Senopati, sedang menyusun kekuatan dan menguasuai sebagian kerajaan  di wilayah Jawa Timur sehingga ia merupakan rival bagi kerajaan mataram dalam upaya mempersatukan seluruh Jawa di bawah imperiumnya. Sementara mataram sibuk menghadapi konflik dalam megeri dan tidak sempat menganeksasi daerah-daerah sekitar sebagaimana yang dilakukan orang tuanya. Peristiwa yang sebelumnya tidak pernah terjadi yaitu ia telah menjalani kerja sama  dengan kompeni Belanda di akhir masa berkuasanya pada tahun 1613. Setahun kemudian, tepagtnya pada tanggal 1 oktober 1613, Sultan yang gemar berburu itu meninggal dunia ketika berburu di Krapyak.
                                                                               
2.2 Raja-Raja yang pernah berkuasa
1.      Panembahan Senopati / Sutowijaya (1582-1601 M)
2.      Panembahan Krapyak / Mas Jolang (1601-1613 M)
3.      Sultan Agung / Raden Mas Rangsang (1613-1645)
4.      Amangkurat I / Sunan Tegalwangi (1645-1677 M)
5.      Amangkurat II / Adipati Anom / Sunan Amral (1677-1703 M)
6.      Amangkuart III / Sunan Mas (1703-1708 M)
7.      Paku Buwono I / Sunan Puger (1708-1719 M)
8.      Amangkurat IV / Sunan Prabu Mangkunegara (1719-1727 M)
9.      Paku Buwono II (1727-1749 M)



2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam
Mataram islam mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan raja ke tiga yaitu Sultan Agung. Raja Sultan Agung memerintah dari tahun 1613 sampai dengan tahun 1645. Berbeda sekali dengan ayahnya, ia termasuk figur pemimpin yang keras dan tegas tetapi bijaksana. Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itu menyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.
Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada waktu itu wilayah kekuasaanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian dari Jawa Barat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah besar. Urutan pembagian wilayah dari pusat ke daerah adalah sebagai berikut: istana atau keraton raja merupakan pusat negara dan terletak di ibu kota negara, yang bisa disebut dengan wilayah kutanegara. Selanjutnya wilayah yang mengitari kutanegara disebut wilayah Negara Agung. Menurut Serat Pustaka Raja Puwara wilayah Negara Agung ini semula dibagi menjadi empat bagian yang meliputi daerah daerah-daerah Kedu, Siti Ageng atau Bumi Gede, Begelen, dan Pajang.

a. Bidang Politik
  Penyatuan kerajaan islam.
  Anti penjajah Belanda.
b. Bidang Ekonomi
  Sebagai negara agraris.
  Penyatuan kerajaan-kerajaan islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan ekonomi.
c. Bidang sosial Budaya
  Timbulnya kebudayaan kejawen.
  Perhitungan Tarikh Jawa.
  Berkembangnya Kesusastraan Jawa.
2.4 Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Islam
Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M. Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
Ø  Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Ø  Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.

Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegara (Perjanjian Salatiga tahun 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai. Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. Ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya, Mataram diperintah oleh putranya, Sunan Tegalwangi, dengan gelar Amangkurat I (1646 – 1677). 

Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu itu terletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal. Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. 

Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni Mataram Surakarta dan Mataram Yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan Pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.

2.5 Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam
1.      Sastra Ghending karya Sultan Agung
2.      Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
3.      Kerajinan Perlak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
4.      Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5.      Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara.
6.      Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta.
7.      Baju keramat Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma.
8.      Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
9.      Masjid Jami Pekuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
10.  Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
11.  Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
12.  Rumah Kalang
13.  Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Mataram Islam bukan satu-satunya kerajaan islam di Indonesia. Kerajaan Mataram Islam merupakan induk dari Kesultanan Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dari yang kita ketahui, sebelum Kerajaan Mataram Islam mengalami kemunduran, Kerajaan Mataram Islam mengalami kemajuan pada masa Sultan Agung. Setelah Sultan Agung wafat, kepemimpinan di gantikan oleh Amangkurat I, kemudian kerajaan mulai mengalami kemunduran.
Kerajaan Mataram Islam banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah seperti yang bisa kita lihat di berbagai tempat di Yogyakarta ini.









Daftar Pustaka
Harun, M. Yahya. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI Dan XVII. Yogyakarta.Kurnia Kalam Sejahtera.
Daryanto. 2013. Sultan Agung: Tonggak Kokoh Bumi Mataram. Yogyakarta. Dipta.
De Graaf, H.J. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram. Jakarta. Pustaka Grafitipers.
Moejanto,G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta. Kanisius(Anggota IKAPI)
Ibrahim, Teuku. 1998. Islam Dan Khasanah Budaya Keraton Yogyakarta.Yayasan Kebudayaan Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar