PERADABAN PADA MASA KERAJAAN MATARAM ISLAM
Dipresentasikan pada mata kuliah
SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM & BUDAYA LOKAL
Yang diampu oleh Prof.Drs.H.
Mundzirin Yusuf, M.SI

Disusun oleh :
1.Muhamad
Yufaldo (14610032)
2.Fitria
Kurnia Daulia (14610034)
3.Risma
Eva Rizki Imansari (14610036)
4.Sri
Wahyuningsih (14610037)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil'alamin,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Berkat perjuangan beliau kita mendapat pencerahan iman dan islam.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai '' Peradaban Pada Masa Kerajaan
Mataram Islam'' dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam dan Budaya Lokal. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil
diskusi kelompok dan dengan menggunakan referensi dari buku-buku yang
bersangkutan.
Sebagai penulis,
kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran nya. Kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami
selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 03 Desember 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ...........................................................................i
Daftar Isi .......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...............................................................1
B.
Rumusan Masalah ...............................................................1
C.
Manfaat dan Tujuan ...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya
Kerajaan Mataram Islam .............................1
2.2
Raja-Raja yang pernah berkuasa .........................................6
2.3 Masa
Kejayaan Kerajaan Mataram Islam ............................6
2.4
Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Islam ................7
2.5
Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram Islam ................8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................9
Daftar
Pustaka
...........................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini
terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah
Islam, Kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan
kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa. Perintis berdirinya
Kerajaan Mataram adalah Kyai Gede Mataram yang memiliki nama asli Kyai Ageng
Pamanahan adalah pengikut setia Joko Tingkir ketika mendirikan Kerajaan Pajang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam ?
2. Siapakah raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam ?
3. Bagaimana tentang masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam ?
4. Bagaimana tentang masa kemunduran Kerajaan Mataram Islam ?
5. Apa saja bukti peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam ?
1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui sejarah
berdirinya kerajaan mataram islam
2.
Mengetahui raja-raja
yang berkuasa di Kerajaan Mataram Islam
3.
Mengetahui tentang masa
kejayaan Kerajaan Mataram Islam
4.
Mengetahui tentang masa
kemunduran Kerajaan Mataram Islam
5.
Mengetahui bukti
peradaban pada masa Kerajaan Mataram Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Mataram
pada mulanya hanyalah merupakan hutan yang penuh tumbuhan tropis diatas
puing-puing tua Mataram Hindu, 5 abad sebelum berdirinya kerajaan Mataram Islam.
Wilayah ini
diakhir abad ke-16 (pada masa pemerintahan Sultan Panjang-Jaka Tingkir) telah
dibedah kembali oleh seorang Panglima Panjang '' Ki Gede Ngenis'' yang kemudian
populer dengan Ki Pemanahan dengan suatu misinya untuk memasukkan wilayah
tersebut kedalam pengaruh islam dibawah panji kerajaan Panjang. Wilayah Mataram
dianugerahkan Sultan Panjang kepada Ki Gede Ngenis beserta putranya, yang kelak
menjadi Panembahan Senopati, atas jasa mereka dalam ikut serta melumpuhkan Aria
Penangsang di Jipan Panolan.
Ki
Pamenahan, dianggap sebagai penguasa Mataram yang patuh dan taat kepada Sultan
Panjang. Ia naik tahta di istananya yang baru di Kotagede pada tahun 1577 M
sampai tutup usianya pada tahun 1584 M. Setelah wafat ia diganti oleh putranya,
Ngabehi Loring Pasar, yang kemudian diberi gelar oleh Sultan Panjang sebagai
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagamatau Mashur dengan panembahan Sinopati.
Berbeda
dengan ayahnya, yang menempuh jalan patuh sebagai kerajaan bawahan Pajang, ia
dengan sengaja mengabaikan kewajibannya sebagai raja bawahan dan tidak seba atau sowan tahunan terhadap raja Pajang. Konsekuensinya akhirnya raja
Pajang memutuskan untuk menyelesaikan pembangkangan Mataram dengan jalan
kekerasan dan kekuatan senjata. Ekspedisi penyerbuan di bawah komando Sultan
Pajang sendiri itu mengalami kegagalan karena bersamaan dengan meletusnya
Gunung Merapi yang mengakibatkan bercerai berainya prajurit Pajang. Beberapa
saat kemudian, sekembalinya dari ekspedisi yang gagal itu, Sultan Pajang
meninggal dunia. Momentum ini dimanfaatkan oleh Panembahan Senopati untuk
memproklamasikan dirinya sebagai penguasa di seluruh Jawa.
Senopati
Mataram merupakan figur penguasa yang agresif. Semenjak ia menobatkan dirinya
menjadi penguasa banyak sekali kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan sebagian di
Jawa Timur menjadi ajang taklukannya. Tercatat pada masa berkuasanya (1584-1601
M), Pajang dan Demak dapat di taklukan pada tahun 1588 (konon semenjak
peristiwa ini ia mendapat gelar Panembahan) menyusul kemudian Madiun pada tahun
1598 dan 1599 tetapi masih dapat bertahan hingga diduduki pada tahun 1619 oleh
Sultan Agung.
Panembahan
Senopati Mangkat pada tahun 1601 di gantikan putranya yang bernama Mas Jolang
atau Ki Gede Mataram yang kemudian masyhur denagn julukan Panembahan Sede Ing
Krapyak, memerintah tahun 1601-1613.
Dalam
menjalankan roda pemerintahan Sultah yang baru naik tahta ini tidak memiliki
watak agresif sebagaimana bapaknya, ia lebih cenderung mengadakan penbangunan
dibandingkan ekspansi. Banyak sekali di jumpai bangunan-bangunan yang sebelumnya
tidak ada, seperti : Prabayiksa atau tempat kediaman Raja dibangun pada tahun
1603, Taman Danalaya pada tahun 1605, membuat Lumbung di Grading pada tahun 1610, maka ia terkenal sebagai
Raja yang ahli membangun. Kecenderungan yang ia sukai ialah berburu, dalam hal
ini ia mempunyai daerah khusus untuk perburuan yang dinamakan dengan Krapyak.
Sikapnya
itu ternyata kurang disukai oleh sebagian rakyat, terbukti pada masanya telah
terjadi pemberontakan-pemberonakan : Pangeran Puger di Demak pada tahun 1602-1605
dan Pangeran Jayaraga di Ponorogo pada tahun 1608. Motif pemberontak yang
dilancarkan kedua kakaknya memoliki kemiripan, yakni rasa tidak puas atas di
angkatnya Mas Jolang berikut kebijaksanaan-kebijaksaannya. Kedua pemberontakan
tersebut akhinya bisa di padamkan.
Di
sisi lain Surabaya, yang bvelum sempat di taklukan oleh Panembahan Senopati,
sedang menyusun kekuatan dan menguasuai sebagian kerajaan di wilayah Jawa Timur sehingga ia merupakan
rival bagi kerajaan mataram dalam upaya mempersatukan seluruh Jawa di bawah
imperiumnya. Sementara mataram sibuk menghadapi konflik dalam megeri dan tidak
sempat menganeksasi daerah-daerah sekitar sebagaimana yang dilakukan orang
tuanya. Peristiwa yang sebelumnya tidak pernah terjadi yaitu ia telah menjalani
kerja sama dengan kompeni Belanda di
akhir masa berkuasanya pada tahun 1613. Setahun kemudian, tepagtnya pada
tanggal 1 oktober 1613, Sultan yang gemar berburu itu meninggal dunia ketika
berburu di Krapyak.
2.2 Raja-Raja yang pernah berkuasa
1.
Panembahan Senopati
/ Sutowijaya (1582-1601 M)
2.
Panembahan
Krapyak / Mas Jolang (1601-1613 M)
3.
Sultan
Agung / Raden Mas Rangsang (1613-1645)
4.
Amangkurat
I / Sunan Tegalwangi (1645-1677 M)
5.
Amangkurat
II / Adipati Anom / Sunan Amral (1677-1703 M)
6.
Amangkuart
III / Sunan Mas (1703-1708 M)
7.
Paku Buwono
I / Sunan Puger (1708-1719 M)
8.
Amangkurat
IV / Sunan Prabu Mangkunegara (1719-1727 M)
9.
Paku Buwono
II (1727-1749 M)
2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam
Mataram islam mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan
raja ke tiga yaitu Sultan Agung. Raja Sultan Agung memerintah dari tahun 1613
sampai dengan tahun 1645. Berbeda sekali dengan
ayahnya, ia termasuk figur pemimpin yang keras dan tegas tetapi bijaksana. Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten
dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu
itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )
Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti
kolonialisme itu menyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Sultan
Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan
Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak
terbagi-bagi.
Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta,
yakni di Kotagede. Pada waktu itu wilayah kekuasaanya meliputi Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan sebagian dari Jawa Barat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram
dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah besar. Urutan pembagian wilayah dari
pusat ke daerah adalah sebagai berikut: istana atau keraton raja merupakan
pusat negara dan terletak di ibu kota negara, yang bisa disebut dengan wilayah
kutanegara. Selanjutnya wilayah yang mengitari kutanegara disebut wilayah
Negara Agung. Menurut Serat Pustaka Raja Puwara wilayah Negara Agung ini semula
dibagi menjadi empat bagian yang meliputi daerah daerah-daerah Kedu, Siti Ageng
atau Bumi Gede, Begelen, dan Pajang.
a.
Bidang Politik
Penyatuan kerajaan islam.
Anti penjajah Belanda.
b.
Bidang Ekonomi
Sebagai negara agraris.
Penyatuan kerajaan-kerajaan islam di pesisir Jawa tidak hanya
menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan ekonomi.
c.
Bidang sosial Budaya
Timbulnya kebudayaan kejawen.
Perhitungan Tarikh Jawa.
Berkembangnya Kesusastraan Jawa.
2.4 Masa Kemunduran Kerajaan Mataram
Islam
Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan
Agung meninggal pada tahun 1645 M. Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua,
sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
Ø Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di
bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Ø Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan
Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I
dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.
Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta
pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegara (Perjanjian Salatiga tahun 1757).
Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan
ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan
Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai. Sultan Agung meninggal pada Februari
1646. Ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya,
Mataram diperintah oleh putranya, Sunan Tegalwangi, dengan gelar Amangkurat I (1646
– 1677).
Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur.
Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh
kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari
Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai
Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu itu terletak di Plered.
Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal.
Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkan
Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta.
Amangkurat II
meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah
berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah
belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni
Mataram Surakarta dan Mataram Yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan
terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan Pakualaman. Di masa pemerintahan
Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai
vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih
melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram
tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.
2.5 Peradaban Pada Masa Kerajaan Mataram
Islam
1. Sastra Ghending karya Sultan Agung
2. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti
perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun
Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
3. Kerajinan Perlak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke
mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
4.
Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa
Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan
pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5.
Segara Wana dan Syuh
Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah
yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan
Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan
meriam yang paling indah di nusantara.
6.
Batu Datar di Lipura
yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta.
7.
Baju keramat Kiai Gundil
atau Kiai Antakusuma.
8.
Masjid Agung dibangun
oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
9.
Masjid Jami Pekuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal
Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam
yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk
penyebaran Islam kala itu.
10.
Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur
bangunan Hindu dan Islam.
11.
Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki
banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya
bercorak Jawa.
12.
Rumah Kalang
13.
Makam Raja- Raja Mataram
di Imogiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Mataram Islam
bukan satu-satunya kerajaan islam di Indonesia. Kerajaan Mataram Islam
merupakan induk dari Kesultanan Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dari
yang kita ketahui, sebelum Kerajaan Mataram Islam mengalami kemunduran,
Kerajaan Mataram Islam mengalami kemajuan pada masa Sultan Agung. Setelah
Sultan Agung wafat, kepemimpinan di gantikan oleh Amangkurat I, kemudian
kerajaan mulai mengalami kemunduran.
Kerajaan Mataram Islam
banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah seperti yang bisa kita lihat di
berbagai tempat di Yogyakarta ini.
Daftar Pustaka
Harun, M. Yahya. 1995. Kerajaan Islam
Nusantara Abad XVI Dan XVII. Yogyakarta.Kurnia Kalam Sejahtera.
Daryanto. 2013. Sultan Agung: Tonggak
Kokoh Bumi Mataram. Yogyakarta. Dipta.
De Graaf, H.J. 1986. Puncak Kekuasaan
Mataram. Jakarta. Pustaka Grafitipers.
Moejanto,G. 1987. Konsep Kekuasaan
Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta. Kanisius(Anggota
IKAPI)
Ibrahim, Teuku. 1998. Islam Dan
Khasanah Budaya Keraton Yogyakarta.Yayasan Kebudayaan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar